I'm just a simple person.

Feeds RSS
Feeds RSS

Jumat, 11 Maret 2011

GANJA Chapter 2 # Rencana Radit










         “Kau harus membantuku,Dit…”
         “Aku tau,”langkahnya semakin cepat menuju taman kompleks.Genggaman tangannya yang begitu erat membuatku merasa kalau dia sedang berpikir keras sekarang.”Terus apalagi yang dikatakan ibumu?”
        “Dia merasa kalau sekolah asrama itu bagus buatku.Aku bisa jadi lebih mandiri dan ___ prospek masa depannya bisa lebih terjamin,”tapi mengingat penjelasan ibu semalam membuatku bergidik ngeri.Proses pembelajaran 9 jam, kafetaria dengan asupan gizi yang berlebihan, kegiatan belajar malam, bangun jam 4 pagi, olahraga pagi lari keliling asrama dan sekolah____ oh,dia sedang tidak mencoba membunuhku,kan?
        “Masa depan?”rahangnya mengeras.Tatapannya semakin tajam ke depan dan tidak menoleh sedikitpun kearahku. “apa masa depan yang ibumu maksud adalah menjauhkanmu dariku?”
        “Radit,bukan seperti itu…,”
        “Lalu apa?”nafasnya memburu.Aku tau dia sedang kesal.”Masa depan seseorang tidak ada hubungannya dengan sekolah asrama atau bukan.Ibumu berkata seperti itu agar kau jauh dariku,”
       “Radit…,”
       “Sudah berapa kali ibumu berusaha menjauhkan kita?”langkahnya terhenti dan berbalik memandangiku.
       “Lima belas kali,”kataku lemas.Dan itu memang benar.Ibu selalu mencoba untuk menjauhkan kami berdua.Tapi rencana Radit berhasil menggagalkannya.”Terhitung dengan yang sekarang___ enam belas,”
       “Dan masih dengan masalah yang sama,”lanjutnya lagi
       Aku mengangguk pelan.Sepertinya memang tidak mudah bagi ibuku untuk melupakan kejadian itu yang sebenarnya hanya sebuah kesalahpahaman kecil.Dia datang pada saat aku berada dalam pelukan Radit.Padahal yang terjadi adalah aku terjatuh dari tangga dan Radit hanya berusaha untuk menolongku.Tapi ibu sama sekali tidak memberiku kesempatan untuk menjelaskannya.Yang ada malah aku dihukum dan tidak diperbolehkan untuk bertemu dengan Radit selamanya.
       “Sepertinya selamanya aku akan dibenci oleh ibumu…,”suaranya kali ini terdengar parau___putus asa dengan keadaan.Langkahnya lunglai menuju bangku taman dan menyandarkan tubuhnya.Aku mengikutinya dari belakang.Ia meraih tanganku untuk duduk bersamanya.”Apa aku harus bersujud di depannya dan minta maaf?”
       “Tidak seperti itu juga…,”
      “Atau mungkin lebih baik kita putus saja…,”
      “APA?” dia tidak sedang bercandakan?yang benar saja. “Kau ingin kita____tidak.Kau tidak boleh____berani-beraninya kau_____,”
      “Azura… Azura…,”
      “Tidak.Aku tidak mau.Bagaimana mungkin kau bisa memutuskan_____Itu tidak akan pernah terjadi,Radit,”aku mulai marah sekarang.”Tidak,”
      “Hei,”tangannya menyentuh pipiku dan menatapku lekat-lekat.”Tenang…,’
    Aku terdiam sejenak.Bingung.Apa sebenarnya yang dia pikirkan?
      “Kau tidak benar-benarkan____,”suaraku terdengar parau
     “Tentu tidak,Azura…,”ia membelai wajahku “Bisa kau bayangkan bagaimana jadinya kalau itu benar-benar terjadi?jadi tenanglah,”
     Tapi jantungku tidak mau tenang.
     “Tidak akan pernah?”bisikku.Berusaha meyakinkan kalau hal itu benar-benar tidak akan terjadi.
     “Tidak akan,”ia membelai rambutku dan memainkannya dengan jari-jarinya yang putih.”hanya saja…,”
     “Apa?”
     “Aku tidak yakin apa rencanaku kali ini akan benar-benar berhasil,”
     Rencana?Dahiku berkerut dan terus menatapnya.Apalagi yang akan dilakukan Radit kali ini?Dia tidak serius untuk bersujud dihadapan ibuku dan meminta maaf,kan?Atau jangan-jangan dia akan melakukan hal-hal nekat lagi seperti yang dilakukannya kemarin-kemarin? Aku mencium sesuatu yang tidak beres.
     “Apa yang sedang kau rencanakan,Radit?”Aku tidak bisa lagi menahan rasa penasaranku.
     Radit tidak menjawab.Ia terus bermain dengan rambutku.Dan kemudian menghela nafas.Aku menunggu.
     “Kau percaya padaku,kan?”
     “Ya,”
     “Kalau begitu pulanglah ke rumah dan katakan pada ibumu kalau kita putus…,”
     “Apa?bukankah tadi kau bilang kalau_____,”
     “Lakukan saja,”potongnya.Tatapannya yang lembut berubah menjadi sangat serius. “ sekolah akan dimulai.Turuti saja apa kata ibumu.Kita bertemu seminggu lagi,”
     Aku semakin bingung.Sikapnya kali ini berbeda.Tidak seperti biasanya saat menghadapi ibuku.Radit terlihat tegang.Dan aku tahu,kalau aku bertanya lebih jauh lagi itu tidak akan menghasilkan apa-apa.Dia akan memilih diam daripada menjawab pertanyaanku.
     “Ada sesuatu yang ingin kau tanyakan?”
     “Tidak,”kataku “Tidak hari ini.Mungkin nanti.Seminggu kemudian____akan ada segudang pertanyaan untukmu,Tuan besar,”
     Radit akhirnya bisa tertawa.Tidak ada lagi wajahnya yang tegang.Namun itu cuma sebentar.Ia terdiam.Menggenggam erat tanganku dan menatapku lebih lama.Andai aku bisa menembus ke dalam matanya dan membaca apa yang sedang dipikirkannya sekarang.Tapi yang kulihat hanya bayanganku sendiri.
      “Kuharap kau tidak berpikiran yang macam-macam,Azura…,”bisiknya. Apakah itu yang sedang dipikirkannya?
      “Ya,tentu,”
      Radit mengangguk lemah.Ia berdiri dan menarikku kearahnya.
      “Mungkin sebaiknya kuantar kau pulang sekarang,”
      Benar.Waktunya pulang.Jadi,apa aku tidak akan bertemu dengannya selama seminggu ini? Sungguh.Ini benar-benar tidak adil buatku.


Selasa, 22 Februari 2011

GANJA # Huru - Hara Penutupan MOS

  Sekolah asrama?Oh,no! Ibu berniat untuk menyekolahkanku di sekolah asrama Hugo School.Bagaimana ini?Padahal aku sudah punya rencana akan bersekolah di SMA Triasa bersama Radit.Bakalan nggak seru nih,masa sma-ku nanti.
  Rencana demi rencana telah ku susun seapik mungkin.Tapi sialnya,aku bertemu dengan cowok aneh yang bernama Gabriel.Bertemu dengannya pasti selalu saja ada masalah.Puncaknya,pertemuanku dengannya membawaku pada masalah yang sangat serius.Seorang murid ditemukan tewas di kafetaria sekolah !
  Astaga ! Kenapa ini bisa terjadi? Lebih parahnya aku dan Gabriel dijadikan tersangka selama penyelidikan.Ini nggak bisa dibiarkan.Aku harus mengembalikan nama baikku.


CHAPTER 1
Me Vs Mom 

"  Azura...!!" 
waa,waa,waa.. 
BRUUK!! 
" Aduuuh..." 
"Astaga.." ibu tiba-tiba muncul dari balik pintu kamar. Ia terlihat bingung melihatku." ngapain kamu tiduran di situ?kayak nggak ada kerjaan aja..." 
" Emang siapa yang tiduran sih,Bu.."nggak lihat apa anaknya lagi kesakitan gini?Aduuuuhh... 
" Ya, terus ngapain kamu di situ?"tanya Ibu lagi 
" Lagi masang ini," ku perlihatkan horden jendela yang baru saja kubeli kemarin.Daripada nggak bkin apa-apa,kuputuskan untuk memasangnya pagi ini.Tapi malah jadi rusak gara-gara teriakan ibu. 
"  Coba ibu lihat...," Ibu tiba-tiba mengambil hordennya dari tanganku dan menatapnya lekat-lekat Maksudku menatap tepat pada lubang besar yang menganga."Horden kayak gini mau dipasang?nggak ada yang lebih parah dari ini?" 
Ih,Ibu ini..."horden itu rusak karena ibu...,"kesalku.Mana punggungku sakit banget lagi. 
"  Loh?kok,ibu sih,yang disalahin?enak aja..," 
Duh! 
Ibu melempar hordennya ke mukaku dan memasang wajah yang menurutku benar-benar kekanak-kanakan.Hhh,selalu saja seperti itu.Tidak pernah mau mengalah. 
"  Ibu kesini bukan mau berdebat sama kamu,Azura..." siapa juga yang berdebat?kan yang mulai ibu? " Tapi mau ngomongin sesuatu sama kamu," 
Sesuatu? 
"  Kamu pasti masih ingat waktu kamu cerita sama ibu,kalo kamu mau lanjutin SMA di asrama Hugo School?" 
"  Iya,terus?" kok,perasaanku tiba-tiba jadi nggak enak kayak gini,ya? 
Bukannya dijawab,Ibu malah senyam-senyum aja.Ada apa,sih?Apa hubungannya dengan Sekolah asrama Hugo School? 
"  Ada apa,sih?" aku semakin penasaran 
"  Tau nggak,Ibu dapat bonus gaji dari kantor dan ___ ibu rasa itu cukup untuk masukin kamu ke sana...," 
Hah? 
"  Sebenarnya sih,semua administrasinya udah selesai.Jadi kamu cuma terima beres saja.Dan minggu depan kamu mulai masuk sekolah...," 
"  APA ?"tanpa sadar aku berteriak keras sekali,sampai - sampai anak tetangga yang lagi asyik main jadi nangis. 
" Ya ampun, tidak sampai harus berteriak seperti itu kan?"gerutunya " Lihat,si Windy jadi nangis gara - gara kamu..," 
Kok,malah jadi balik nyalahin aku?Aku itu kaget,Bu!Lagian sejak kapan Ibu tiba-tiba ambil inisiatif sendiri untuk masukin aku ke sana?Well,dulu aku pengen masuk ke sekolah itu,tapi... 
"  Jadi gimana,Azura?kau pasti senang mendengarnya,' 
" Bu,dulu aku memang ingin banget sekolah di sana,tapi...," 
"  Tapi apa?"potong ibu "harusnya kamu senang,karena kali ini ibu baik hati dan mengijinkan kamu sekolah di sana...," 
"  Bu..," 
"  Pokoknya kamu nggak perlu khawatir.Segala kebutuhanmu untuk di sana biar ibu yang atur.Okey,sayang?"ih,apanya yang oke?aku kan belum kasih jawaban? 
"  Bu,aku itu..," 
"  Udah,tenang aja," aduuh,bisa nggak sih,nggak motong pembicaraan orang? "seragam sekolah dan buku-buku pelajaranmu udah ibu siapkan.Kata pihak sekolah sih,lusa seragam kamu akan dikirim ke sini...," 
Apa?secepat itu?Ibu ini gimana,sih? 
"  Tapi,Bu,aku itu..," 
"  Oya,hari ini ibu mau belanja.Kamu mau ikut?kali aja kamu mau beli sesuatu buat perlengkapan kamu di sana..Gimana?" 
Uuuugghhhh...!!! 
" Please hear me out,Mom...,"lirihku.Rasanya kekesalanku sudah memuncak hingga nggak bisa bersuara lagi.Dan itu membuat Ibu diam sejenak." Dulu aku memang ingin banget sekolah di sana.Tapi itu dulu,Bu.Sekarang udah nggak lagi..," 
"  Kenapa?"Ibu menatapku dengan heran. 
"  Karena...," kalau aku bilang alasanku adalah karena Radit,ibu pasti marah besar dan mau nggak mau aku harus bersekolah di sana.Aku harus bilang apa,ya? " Mmm...ya,aku sudah nggak minat lagi.Aku ama temen-temen dah sepakat untuk lanjut ke SMA Triasa," 
"  SMA Triasa?" 
Aku mengangguk cepat." Menurutku itu sekolah yang sama bagusnya dengan sekolah Asrama Internasional Jakarta.Kami berempat pernah jalan - jalan ke sana,Bu.Dan ibu tau?Itu sekolah terbaik yang pernah aku lihat,"HAHAHA ! Padahal sih,sekolahnya biasa-biasa aja.Tapi aku nggak mau pisah sama Radit.Kita berdua udah janji untuk terus sama-sama.Mudah-mudahan aja ibu mau percaya dengan ceritaku. 
"  Mmm...," Ibu tampaknya sedang berpikir.Oh,berhasilkah aku?berhasilkah?BERHASILKAH? 
"  Nggak," 
Hah?  
"  Ibu rasa ceritamu itu terlalu berlebihan,supaya ibu nggak jadi menyekolahkanmu di sana.Asal kau tau saja Azura,ibu adalah alumni SMA Triasa...," 
Apa?Bukannya Ayah dulu bilang kalau Ibu itu alumni SMA 32?Kenapa malah sekarang Ibu bilang kalau dia alumni SMA Triasa?Aduuh,bisa-bisa ketahuan nih,kalau aku bohong. 
"  Tapi,Bu...," 
"  Ibu tetap akan menyekolahkanmu di sana," 
"  Bu,aku...," 
"  Kita akan bicarakan ini lagi saat makan malam,"potong ibu yang sepertinya sama sekali nggak ngehirauin aku " Ibu ada kerjaan di kantor.Nggak papa kan,ibu tinggal?" 
Hhh,kemarin-kemarin juga rasanya aku sering di tinggal sendiri.Kenapa sekarang tiba-tiba khawatir?Lagian kenapa juga Ibu nggak ngebolehin aku sekolah di SMA Triasa?Aku harus cari alasan lain supaya ibu setuju.Tapi apa? 
Oya,aku tau! 
Radit ! 

###