CHAPTER 1
“ PUTUS “
“Kita
putus,”
“Kenapa?”tanyaku
setengah terkejut “kenapa tiba-tiba berbicara seperti itu?”kupandangi wajah
Reiga yang terlihat tidak seperti biasanya. Ada rasa cemas yang tergambar
begitu jelas.
Reiga menunduk
dan terdiam cukup lama,seolah-olah sedang mencari kata-kata yang tepat dibalik
rerumputan taman kota.
“Maafkan
aku…,”lirihnya,tapi belum berani menatapku.
“Reiga…,”kuberanikan
diriku memegang tangannya. Dingin dan berkeringat. “Apa yang terjadi?”
Reiga
meremas tanganku. Mengangkat wajahnya,lalu menatapku begitu dalam. Membuatku
semakin penasaan dengan perubahan sikap Reiga yang begitu tiba-tiba.
“Kita
tidak bisa bersama-sama lagi…,”lanjut Reiga.
“Tidak
bisa_____bersama-sama lagi?” apa Reiga ingin pergi meninggalkan aku? Itukah
yang ingin dia ucapkan padaku?
Genggaman
tangannya terlepas. Ia kembali menunduk. Nafasnya yang keluar begitu berat.
Lalu,dilemparkan pandangannya jauh ke depan.
“Aku
mendapatkan promosi sebagai manajer di C.E.O,”
“Oya?”aku
tidak percaya. Bukankah itu berita yang sangat bagus? Tiga tahun dia
bekerja____dan karena kegigihannya dalam bekerja____akhirnya Reiga dipromosikan
sebagai manajer.”Selamat kalau begitu.Akhirnya keinginan terwujud,”
Reiga
tersenyum. “Terima kasih,”ucapnya tulus “Tapi…,”
“Tapi
apa? Apa kau dipindah tugaskan keluar kota?”mungkinkah itu yang dia maksud
tidak bisa bersama-sama lagi? Aku masih terus bertanya-tanya dalam hati.
Namun
Reiga menggeleng pelan. Lalu apa? Tolong jangan diam saja dan membuatku
menebak-nebak. Cepat katakan.
“Dengan
dipromosikannya aku sebagai manajer,otomatis aku tidak akan punya waktu
untukmu. Aku harus fokus dengan pekerjaanku sekarang. Aku akan sangat
sibuk,”tutur Reiga. Aku masih terdiam,mendengar dengan seksama.”Kau tahu? Aku
harus menunjukkan dedikasiku kepada atasan sebagai rasa terima kasih,dan juga
agar dia tidak kecewa atas pilihannya. Sudah lama aku menginginkannya. Dan aku
tidak mau karir yang telah kuraih dengan susah payah ini hancur dengan
memikirkan hal-hal lain selain pekerjaan,”
Masih.
Aku masih dalam diamku.
“Aku
ingin kita putus___dan aku bisa fokus dengan pekerjaanku,”
Aku kaku
seketika. Dadaku tiba-tiba jadi sesak. Seperti ada ribuan bebatuan yang
menghimpit dan mengiris-iris dadaku. Demi pekerjaan barunya,Reiga ingin putus
denganku. Apa selama ini aku hanya dianggap sebagai barang yang membuatnya
terganggu?
“Yumi…,”
Reiga memanggilku. “Katakan sesuatu…,”
Katakan
sesuatu? Apa yang harus aku katakan? Lidahku mati rasa.
“Aku tahu
ini sulit bagimu,”lanjut Reiga “Tapi kau tahu sendiri,pekerjaan ini begitu
berarti buatku. Jangan tersinggung,menurutku pacaran itu hanya membuang-buang
waktuku saja. Bukankah bagus kalau kita melakukan sesuatu yang berguna dan
bermanfaat? Kau juga harus seperti itu. Apakah kau tidak merasa rugi kalau
waktumu hanya dihabiskan untuk pacaran saja?”
Aku tidak
menjawab. Karena disini,tepat dihatiku,kata-katanya yang terakhir begitu
menusuk dan telah mencabik-cabiknya. Jadi,dia merasa tidak ada gunanya dengan
bersamaku? Selama empat tahun? Tolong katakan kalau ini hanya lelucon.
“Aku juga
ingin melihatmu maju,Yumi,”tambahnya lagi. “Dan saat kau sukses nanti,kau pasti
akan mengerti kenapa aku mengambil keputusan seperti ini,”
Begitukah?
Aku
menunduk sejenak. Menguatkan diri agar aku tidak menangis dihadapannya. Aku
tidak ingin terlihat begitu menyedihkan. Kuhirup nafas dalam-dalam,lalu…
“Ya,aku
mengerti…,”kataku akhirnya. Meski rasanya berat,tapi cuma ini yang bisa
kukatakan. Karena aku tahu,aku akan menangis seperti anak kecil kalau aku
banyak bicara. Dia tidak boleh melihatnya.
Kulihat
dia tersenyum lebar. “Terima kasih,ya,”ucap Reiga tampak senang. Senang? “Kau
memang sangat mengerti aku,”
Tapi
tidak dengan dirimu Reiga.
“Tapi
jangan khawatir. Kita masih bisa berteman. Iya,kan?”
Reiga,kenapa
kau bisa sesantai itu? Tidak berartikah kebersamaan kita selama empat tahun
ini? Tidak adakah satu pun dari kenangan-kenangan kita yang membuatmu merasa
tercabik-cabik karena semua itu akan berakhir dan tidak akan pernah terjadi
lagi? Haruskah aku mengalah demi pekerjaan barumu? Atau___selama ini hanya aku
sendiri yang mencintaimu,tapi kau tidak?
Semua
pertanyaan-pertanyaan itu menggunung dalam pikiranku. Tapi aku tidak sanggup
lagi. Pasti hanya akan membuatku lebih sakit lagi.
Aku ingin
pulang. Berharap bahwa semua ini hanya mimpi dimana esoknya semua kembali
berjalan seperti biasa. Hari dimana hanya ada kebahagiaan antara aku dengan
Reiga. Bukan berakhir seperti ini.
0 komentar:
Posting Komentar