I'm just a simple person.

Feeds RSS
Feeds RSS

Selasa, 18 Desember 2012

Say You Love Me too , Please 1



CHAPTER 1
“ PUTUS “


“Kita putus,”
“Kenapa?”tanyaku setengah terkejut “kenapa tiba-tiba berbicara seperti itu?”kupandangi wajah Reiga yang terlihat tidak seperti biasanya. Ada rasa cemas yang tergambar begitu jelas.
Reiga menunduk dan terdiam cukup lama,seolah-olah sedang mencari kata-kata yang tepat dibalik rerumputan taman kota.
“Maafkan aku…,”lirihnya,tapi belum berani menatapku.
“Reiga…,”kuberanikan diriku memegang tangannya. Dingin dan berkeringat. “Apa yang terjadi?”
Reiga meremas tanganku. Mengangkat wajahnya,lalu menatapku begitu dalam. Membuatku semakin penasaan dengan perubahan sikap Reiga yang begitu tiba-tiba.
“Kita tidak bisa bersama-sama lagi…,”lanjut Reiga.
“Tidak bisa_____bersama-sama lagi?” apa Reiga ingin pergi meninggalkan aku? Itukah yang ingin dia ucapkan padaku?
Genggaman tangannya terlepas. Ia kembali menunduk. Nafasnya yang keluar begitu berat. Lalu,dilemparkan pandangannya jauh ke depan.
“Aku mendapatkan promosi sebagai manajer di C.E.O,”
“Oya?”aku tidak percaya. Bukankah itu berita yang sangat bagus? Tiga tahun dia bekerja____dan karena kegigihannya dalam bekerja____akhirnya Reiga dipromosikan sebagai manajer.”Selamat kalau begitu.Akhirnya keinginan terwujud,”
Reiga tersenyum. “Terima kasih,”ucapnya tulus “Tapi…,”
“Tapi apa? Apa kau dipindah tugaskan keluar kota?”mungkinkah itu yang dia maksud tidak bisa bersama-sama lagi? Aku masih terus bertanya-tanya dalam hati.
Namun Reiga menggeleng pelan. Lalu apa? Tolong jangan diam saja dan membuatku menebak-nebak. Cepat katakan.
“Dengan dipromosikannya aku sebagai manajer,otomatis aku tidak akan punya waktu untukmu. Aku harus fokus dengan pekerjaanku sekarang. Aku akan sangat sibuk,”tutur Reiga. Aku masih terdiam,mendengar dengan seksama.”Kau tahu? Aku harus menunjukkan dedikasiku kepada atasan sebagai rasa terima kasih,dan juga agar dia tidak kecewa atas pilihannya. Sudah lama aku menginginkannya. Dan aku tidak mau karir yang telah kuraih dengan susah payah ini hancur dengan memikirkan hal-hal lain selain pekerjaan,”
Masih. Aku masih dalam diamku.
“Aku ingin kita putus___dan aku bisa fokus dengan pekerjaanku,”
Aku kaku seketika. Dadaku tiba-tiba jadi sesak. Seperti ada ribuan bebatuan yang menghimpit dan mengiris-iris dadaku. Demi pekerjaan barunya,Reiga ingin putus denganku. Apa selama ini aku hanya dianggap sebagai barang yang membuatnya terganggu?
“Yumi…,” Reiga memanggilku. “Katakan sesuatu…,”
Katakan sesuatu? Apa yang harus aku katakan? Lidahku mati rasa.
“Aku tahu ini sulit bagimu,”lanjut Reiga “Tapi kau tahu sendiri,pekerjaan ini begitu berarti buatku. Jangan tersinggung,menurutku pacaran itu hanya membuang-buang waktuku saja. Bukankah bagus kalau kita melakukan sesuatu yang berguna dan bermanfaat? Kau juga harus seperti itu. Apakah kau tidak merasa rugi kalau waktumu hanya dihabiskan untuk pacaran saja?”
Aku tidak menjawab. Karena disini,tepat dihatiku,kata-katanya yang terakhir begitu menusuk dan telah mencabik-cabiknya. Jadi,dia merasa tidak ada gunanya dengan bersamaku? Selama empat tahun? Tolong katakan kalau ini hanya lelucon.
“Aku juga ingin melihatmu maju,Yumi,”tambahnya lagi. “Dan saat kau sukses nanti,kau pasti akan mengerti kenapa aku mengambil keputusan seperti ini,”
Begitukah?
Aku menunduk sejenak. Menguatkan diri agar aku tidak menangis dihadapannya. Aku tidak ingin terlihat begitu menyedihkan. Kuhirup nafas dalam-dalam,lalu…
“Ya,aku mengerti…,”kataku akhirnya. Meski rasanya berat,tapi cuma ini yang bisa kukatakan. Karena aku tahu,aku akan menangis seperti anak kecil kalau aku banyak bicara. Dia tidak boleh melihatnya.
Kulihat dia tersenyum lebar. “Terima kasih,ya,”ucap Reiga tampak senang. Senang? “Kau memang sangat mengerti aku,”
Tapi tidak dengan dirimu Reiga.
“Tapi jangan khawatir. Kita masih bisa berteman. Iya,kan?”
Reiga,kenapa kau bisa sesantai itu? Tidak berartikah kebersamaan kita selama empat tahun ini? Tidak adakah satu pun dari kenangan-kenangan kita yang membuatmu merasa tercabik-cabik karena semua itu akan berakhir dan tidak akan pernah terjadi lagi? Haruskah aku mengalah demi pekerjaan barumu? Atau___selama ini hanya aku sendiri yang mencintaimu,tapi kau tidak?
Semua pertanyaan-pertanyaan itu menggunung dalam pikiranku. Tapi aku tidak sanggup lagi. Pasti hanya akan membuatku lebih sakit lagi.
Aku ingin pulang. Berharap bahwa semua ini hanya mimpi dimana esoknya semua kembali berjalan seperti biasa. Hari dimana hanya ada kebahagiaan antara aku dengan Reiga. Bukan berakhir seperti ini.

0 komentar:

Posting Komentar