Chapter 4
The Rule of Hugo School
“Perhatian
kepada seluruh murid baru diharapkan segera berkumpul karena upacara penerimaan
akan segera dimulai,” sebuah pengumuman terdengar berkumandang di seluruh
koridor sekolah.
Perutku
terasa tegang dan kulihat wajah Radit tampak sedikit pucat. Sepertinya aku bisa
membayangkan apa yang ada di dalam pikirannya sekarang. Orang tuaku. Tapi dia
tetap tersenyum padaku seolah – olah berusaha meyakinkanku kalau semuanya akan
baik – baik saja.
Begitu
seluruh murid berkumpul, sebuah pintu langsung terbuka. Seorang wanita jangkung
dengan pakaian modis nan elegan warna perak keemasan dan rok pendek hitam di
atas lutut berdiri di sana. Wajahnya masih nampak muda dengan matanya yang
cokelat cemerlang___begitu riang,walaupun mulutnya menunjukkan ia berkemauan
keras. Aku harus hati – hati dengan dengan guru ini. Jangan sampai berbuat
sesuatu yang membuatnya marah.
“Selamat
datang di Hugo School,”katanya penuh semangat. “Perkenalkan, nama saya Pamela.
Profesor Pamela Beatrice. Tapi kalian cukup memanggil saya Profesor Pamela. Saya
akan membawa kalian ke Ball Room, tempat dimana upacara penerimaan murid baru
diadakan. Jadi,persiapkan diri kalian dan ikuti saya,”
Dibukanya
pintu lebar – lebar. Aula di belakang pintu luas sekali. Dindingnya yang
terbuat dari dari batu diterangi dengan obor-obor yang menyala seperti di
terowongan Go-Park. Langit – langitnya juga tinggi sekali sehingga aku tidak
bisa melihatnya. Di depan ada sebuah tangga pualam megah yang menjulur menuju
lantai atas.
Kami
semua mengikuti Profesor Pamela dari belakang melintasi lantai batu kotak –
kotak. Aku bisa mendengar dengungan ratusan suara dari arah pintu sebelah
kanan. Murid – murid yang lain pasti sudah berada di sana. Tapi Profesor Pamela
membawa kami ke sebuah kamar kecil kosong di luar aula. Itu membuatku semakin
tegang dan lebih merapatkan diriku pada Radit.
“Berhenti
di sini,”kata Profesor Pamela tiba – tiba. Raut wajahnya yang tadi tampak
menyenangkan berubah menjadi sangat serius. Perasaanku jadi tidak karuan.
Kugenggam erat –erat tangan Radit__berusaha menenangkan diri.
“Pesta
awal tahun ajaran baru akan segera dimulai. Tapi sebelum kalian mengambil
tempat duduk di Ball Room, kalian akan di seleksi terlebih dahulu untuk masuk
ke rumah asrama. Seleksi ini adalah upacara yang sangat penting. Karena selama
berada di sini, asrama akan menjadi keluarga bagi kalian di Hugo School.
Kalian
akan belajar dalam satu kelas dengan teman – teman seasrama kalian, tidur di
asrama kalian, dan melewatkan waktu luang di ruang rekreasi asrama kalian.
Ada
tiga asrama di sini. Lucian, Victory, dan Zora. Masing – masing asrama punya
sejarah luhur dan telah menghasilkan alumni – alumni terbaik. Selama di Hugo
School, prestasi dan kemenangan akan menambah angka bagi asrama kalian,
sementara pelanggaran dan peraturan akan membuat angka asrama kalian dikurangi.
Pada
akhir tahun ajaran, asrama yang berhasil mengumpulkan angka paling banyak akan
dianugerahi piala asrama. Itu suatu kehormatan besar. Kuharap kalian semua akan
membawa kebanggaan bagi asrama manapun yang akan kalian tempati nanti.
Upacara
seleksi akan berlangsung beberapa menit lagi di hadapan seluruh penghuni
sekolah. Kusarankan kalian merapikan diri sebisa mungkin selama menunggu,”
Sejenak
mata Profesor Pamela tertuju pada pakaian seorang murid berwajah bulat dengan
rambut keritingnya__tampak kusut dan kancingnya naik setingkat. Wajah kumal si
murid mata sipit. Rambut Radit yang sedikit berantakan. Dan begitu tatapannya
berhenti padaku yang tengah mengapit lengan Radit dengan erat, langsung
kulepaskan.
“Aku
akan kembali lagi, begitu kami sudah siap menerima kalian,”lanjutnya lagi.
“Tunggu di sini dan jangan membuat keributan,”
Profesor
Pamela meninggalkan ruangan. Aku menelan ludah. Menerka apa yang akan terjadi
di upacara penerimaan nanti.
“Kau
baik – baik saja, Azura?” tanya Radit cukup mengagetkanku.
“Ya,”sepertinya
dia memperhatikanku dari tadi. “Mungkin juga tidak…,”
“Apa
yang kau khawatirkan?”
“Entahlah,”aku
cuma bisa mengangkat bahu, pikiranku terus dibayang – bayangi dengan upacara
penerimaan.
“Dengar,”Radit
menggenggam tanganku,”Everything is will be fine,okey?”
Aku
mengangguk.Yah, semoga saja.
“Apa
kau tahu seperti apa seleksinya nanti?”seorang gadis aneh, dengan aksesoris
kalung yang terbuat dari tutup botol di lehernya, kepangan rambut yang rapi
ketat dan mukanya yang mungil__bertanya padaku,sedikit canggung.
“Err,itu…,”
“Aku
rasa mungkin semacam tes,”seorang anak lain tiba – tiba mendekat dan memotong
pembicaraan. Dandanannya sedikit aneh, kurasa. Kacamata bulat dengan lensa yang
cukup tebal, pakaiannya kusut, salah satu ujung celana bawahnya terlipat, dan
buku – buku di tangannya yang sama sekali tidak pernah kulihat. Seorang ‘kutu
buku’ , mungkin. “Kata kakakku, prosesnya sedikit menyeramkan dan mendebarkan.
Bahkan untuk bernafas saja rasanya susah sekali,”
“Apa?”wajah
gadis aneh tampak pucat,”yang benar saja?”
“Kurasa
itu cuma gurauan kakakku saja untuk memberi kesan takut pada murid baru seperti
kita,”
“Benar
begitu?”lagi – lagi seorang murid baru laki – laki dengan gaya yang sok keren,
menyela pembicaraan kami. “perkenalkan namaku, Jacob,”menyodorkan tangannya.
“Aku
Radit, dan ini Azura,”menyambut jabat tangan Jacob.
“Hai,”sapaku
seadanya.
“Dan
kau?”matanya tertuju pada si gadis aneh.
“Aku
Nerissa, tapi kalian cukup panggil aku rissa saja,”
“Allright, senang berkenalan dengan
kalian,” katanya penuh semangat,”Hei, Alvis ! Aku mencarimu dari tadi. Dan
sebaiknya kau rapikan dirimu atau Profesor Pamela akan memakanmu” dirangkulnya
tubuh si kacamata yang bernama Alvis itu.
“Jacob,
lepaskan,”Alvis terlihat tidak senang diperlakukan seperti itu. “Aku tahu itu,”
lalu langsung merapikan dirinya.
Jacob
terkekeh pelan. “oke, oke…,”ia melepas rangkulannya dan mengangkat kedua
tangannya di udara. “Tapi apa yang diucapkan oleh kakakmu itu ada benarnya,”
“Apa
maksudmu?”
“Yah,
kita lihat saja nanti. Rasanya tidak seru kalau aku menceritakannya pada
kalian,”lanjutnya lagi,lalu memasang wajah misterius yang membuatku jelas semakin
penasaran. “Pasti menyenangkan,”
Menyenangkan?
Tes ? Di depan seluruh penghuni sekolah? Oh, Tuhan , kenapa semuanya tiba –
tiba mendadak menjadi menyeramkan begini? Kupandang berkeliling dengan cemas
dan kulihat anak – anak yang lain juga sama takutnya denganku. Kecuali, Jacob.
Dia sepertinya tipe orang yang sangat suka dengan tantangan.
Dibanding
ketakutanku menghadapi ibuku yang sangat tidak menyukai Radit, ini jelas
membuatku jauh lebih ketakutan. Ayolah, Azura! Kenapa kau jadi penakut begini?
Dasar payah.
Tiba
– tiba di kejauhan terdengar kegaduhan dari luar ruangan. Suara yang begitu
ribut, riuh rendah. Dari arah pintu yang tidak tertutup itu, aku dan yang lain
bisa melihat seorang cowok keren berjalan dengan angkuhnya__diikuti oleh
segerombolan cewek – cewek yang berteriak histeris___memuja – muja mereka.
“Apa
itu tadi?”tanyaku, merasa aneh.
“Gabriel
Giles,”jawab Alvis, “Dia adalah cowok pujaan semua cewek – cewek di sekolah
ini. Cowok terkeren dan terkaya. Ayah Gabriel adalah salah satu pemilik sekolah
ini,”
“Cih,
paling dia cuma anak berandalan pemalas yang kerjanya cuma bisa memanfaatkan
dan menghambur – hamburkan kekayaan ayahnya,”komentar Jacob, sinis.
“Kau
salah besar, Jake,”bantah Alvis,”Tiap kompetisi karya ilmiah dan ilmu sains,
dia selalu keluar jadi juara. Dia juga pernah membawa tim basket sekolah ini ke
kancah internasional,dan membawa pulang piala Olympic. Bahkan sekolah ini
menyediakan ruangan khusus untuk menempatkan piala – piala yang ia bawa,”
Hah?
Sesempurna itukah dia?
Kulihat
wajah Jacob terperangah. Untuk sesaat wajah bloonnya membuatku ingin tertawa.
“Aku
tidak percaya ada orang sesempurna itu,”komentar Radit, Nampak kagum.
“Benar
– benar keren,”tambah Nerissa. Kurasa dia juga mulai ikutan nge-fans seperti
cewek – cewek yang tadi.
“Perhatian
anak – anak ,”terdengar suara tegas milik Profesor Pamela, ia telah kembali.
“Upacara penerimaan murid tahun ajaran baru akan segera dimulai. Sekarang baris
satu – satu , dan ikuti aku,”
“Lebih
baik aku jalan di belakang, Azura,”bisik Radit tiba – tiba, “kalau ayah dan
ibumu melihatku bersamamu, semuanya akan kacau,”
Radit
benar. Tapi…
“Tenang
saja, aku akan menjagamu dari belakang. Okey?”
Aku
mengangguk lemah. Begitu Radit mengambil posisi paling belakang, kami pun
kembali mengikuti Profesor Pamela dari belakang. Rasanya berat sekali ku
langkahkan kakiku. Seperti berubah menjadi timah. Berat. Untungnya ada Nerissa
di dekatku, jadi aku tidak terlalu gugup.
Kami
berjalan meninggalkan ruangan. Kembali ke aula depan dan masuk melewati
sepasang pintu besar nan megah ke Ball Room. Aku tak pernah membayangkan akan
ada tempat seaneh dan sekeren ini. Tempatnya di terangi oleh ribuan obor api
yang terpasang di tiap – tiap pilar gedung.
Di
sisi kananku tampak sebuah kursi panjang berderet dan bertingkat. Totalnya ada
lima tingkat. Para senior duduk di situ. Di depannya ada sebuah meja panjang
yang di penuhi dengan lilin – lilin dan piala keemasan, serta papan kuno
bertuliskan “ PANITIA MOS “ terpampang begitu jelas. Mereka mungkin adalah
murid – murid terpilih untuk acara ini. Termasuk cowok yang tadi jadi bahan
rebutan para cewek – cewek gila, Gabriel Giles.
Di
sebelah kiriku, hampir sama dengan tempat duduk para senior. Hanya saja yang di
sana adalah para orang tua murid. Kulihat dengan sangat jelas raut wajah ibu
dan ayah yang sumringah bahagia sambil melambai – lambaikan tangannya padaku.
Dan bersorak meneriakkan namaku.
“Mereka
pasti orang tuamu,”kata Nerissa,
Ah,
dia melihatnya. “Yah, kau benar,” ugh, apa – apaan sih itu? Memalukan sekali.
“Pasti
menyenangkan memiliki orang tua yang penuh semangat seperti ayah dan ibumu,”
Hahaha,menyenangkan
katanya? Andaikan saja dia tahu yang sebenarnya. Mereka adalah adalah orang tua
tergila yang pernah aku punya.
Lalu
di ujung Ball Room , di tempat yang lebih tinggi lagi, ada meja panjang lain,
tempat para guru – guru duduk. Profesor Pamela membawa kami ke sana, lalu
berhenti dalam satu barisan panjang.
“Murid
– murid kelas satu, Master Cerberus,”
“Terima
kasih Profesor. Aku yang ambil alih sekarang,”
“Baik,Master,”Profesor
Pamela berlalu dari hadapan kami, mengambil tempat duduk di ujung sebelah
kanan. Sementara pria tua berbadan gemuk, dengan jenggot putih menjuntai hingga
ke dadanya,berpakaian klimis,serta kacamata bulat yang hampir sama dengan milik
alvis___hanya sedikit lebih kuno___yang dipanggil Master Ceberus itu,naik ke
atas mimbar.
“Selamat
datang!”kata Master Ceberus. Ia tersenyum pada kami semua. Lengannya terbuka
lebar – lebar, seakan tak ada yang lebih membuatnya senang daripada melihat
kami. “Selamat datang para murid baru yang akan mengikuti tahun ajaran baru di
Hugo School. Ini adalah hal yang paling membuat saya begitu bahagia. Wajah –
wajah yang penuh semangat, penuh antusias dalam belajar, jiwa muda yang
kritis,rasa penasaran yang tinggi___membuat saya seperti kembali ke tiga puluh
tahun yang lalu. Energik dan menggebu – gebu.
Saya
juga sangat berterima kasih kepada orang tua murid, karena telah memberikan
kepercayaannya kepada kami untuk mendidik dan mengembangkan potensi anak – anak
kalian. Kami berjanji tidak akan pernah mengecewakan kalian.
Selama
tinggal disini, kalian akan memperoleh banyak sekali pengalaman yang belum
pernah didapatkan di sekolah lain. Bertekadlah untuk memberikan banyak
kontribusi pada sekolah ini, dalam arti kata membuat diri kalian menjadi orang
yang berhasil.
Well,
saya yakin bahwa Profesor Pamela telah memberikan sedikit bocoran tentang Hugo
School. Jadi, saya tidak akan membuang waktu lebih lama lagi. Maka untuk itu,
dengan resmi upacara penerimaan murid baru tahun ajaran dua ribu empat belas
,dan dua ribu lima belas___DIMULAI !”
Pidato
pembukaan Master Ceberus disambut dengan tepuk tangan yang sangat meriah,dan
siulan dari para senior. Master Ceberus turun dari mimbarnya, yang kemudian
digantikan oleh seorang kakak kelas cewek___salah satu dari panitia MOS.
“Perhatian
semuanya,”katanya,berusaha menenangkan kembali suasananya. “Perkenalkan nama
saya Kira Mikayla. Saya adalah ketua panitia yang akan memimpin jalannya
upacara penerimaan murid baru, atau mungkin yang sudah akrab di telinga kita
adalah MOS___Masa Orientasi Siswa.
Dimasa
orientasi ini, kalian akan dibina dan ditempa oleh kakak – kakak senior. Kalian
akan diajarkan untuk menjadi pribadi yang mandiri, bertanggung jawab, dan
memiliki etos kerjasama yang tinggi.
Saya
tidak akan berbicara panjang lebar disini. Saya hanya ingin menjelaskan sedikit
peraturan – peraturan utama di Hugo School sebelum kita masuk ke inti acara.
Dan kuharap, kalian para murid kelas satu___tidak hanya mendengarkan, tapi
harus dipatuhi.
Baiklah,
peraturan yang pertama; Para murid Hugo School di larang berkeliaran ketika jam
pelajaran berlangsung. Kedua; Di atas jam sepuluh malam, seluruh murid Hugo
School sudah harus berada di asrama masing – masing. Ketiga; Dilarang keras
memasuki,apalagi mendekati gudang bawah tanah tanpa seizin Master Ceberus,”
Gudang
bawah tanah?
“Ada
rumor mengatakan bahwa di gudang itu pernah terjadi pembantaian massal yang di
lakukan oleh seorang murid Hugo School,”bisik Alvis, “Total korbannya ada lima
puluh dua. Dan semenjak itu gudang itu ditutup. Tapi saat melakukan renovasi di
beberapa bagian sekolah ini, gudang itu kembali dibuka. Hanya orang – orang
tertentu saja yang bisa masuk ke sana,”
“Menyeramkan,”
Nerissa bergidik ngeri.
“Paling
itu cuma cerita akal – akalan mereka saja,”Jacob tak percaya.
“Hah,kau
ini memang tidak pernah percaya dengan apapun,” sinis Alvis, sementara Jacob
tampak cuek.
Pembantaian
massal? Kenapa sekarang aku merasa kalau sekolah ini sedikit mengerikan ya?
Kutolehkan kepalaku ke belakang, mencari sosok Radit. Hanya dia yang bisa menenangkanku.
“Itulah
peraturan utama Hugo School yang harus kalian patuhi,” Kira masih berbicara. “Bagi
murid yang melakukan pelanggaran, akan dikenai sanksi yang sangat berat. Dia
akan dikucilkan, dan bahkan para dewan Hugo School tidak akan segan – segan
untuk mengeluarkannya dari sekolah ini,”
Glek.
Ini
sebenarnya sekolah atau penjara? Peraturan – peraturannya sangat menyiksa
batin. Aku heran, kenapa mereka semua masih betah bersekolah di sini? Ku lihat
wajah Nerissa semakin memucat. Lama – lama dia bisa kena serangan jantung
karena saking takutnya.
Dan
lihatlah mereka. Ayah dan Ibuku. Harusnya mereka menyesal telah memasukkanku di
sekolah ini. Tapi yang ada malah mereka bersorak gembira. Huh,kayaknya ada yang
korslet dengan otak mereka.
“Berani
taruhan, kalau itu semua bohong,”kata Jacob,skeptis.
“Kau
ini…,”Alvis selalu kesal dengan tingkah Jacob yang seenaknya, dan sedikit
sombong.
“Allright,guys,” Kira berseru penuh
semangat. “It’s time to party!”
Oh,my God…