I'm just a simple person.

Feeds RSS
Feeds RSS

Senin, 25 Februari 2013

Ganja # Chapter 4 The Rule of Hugo School



Chapter 4


The Rule of Hugo School



“Perhatian kepada seluruh murid baru diharapkan segera berkumpul karena upacara penerimaan akan segera dimulai,” sebuah pengumuman terdengar berkumandang di seluruh koridor sekolah.
Perutku terasa tegang dan kulihat wajah Radit tampak sedikit pucat. Sepertinya aku bisa membayangkan apa yang ada di dalam pikirannya sekarang. Orang tuaku. Tapi dia tetap tersenyum padaku seolah – olah berusaha meyakinkanku kalau semuanya akan baik – baik saja.
Begitu seluruh murid berkumpul, sebuah pintu langsung terbuka. Seorang wanita jangkung dengan pakaian modis nan elegan warna perak keemasan dan rok pendek hitam di atas lutut berdiri di sana. Wajahnya masih nampak muda dengan matanya yang cokelat cemerlang___begitu riang,walaupun mulutnya menunjukkan ia berkemauan keras. Aku harus hati – hati dengan dengan guru ini. Jangan sampai berbuat sesuatu yang membuatnya marah.
“Selamat datang di Hugo School,”katanya penuh semangat. “Perkenalkan, nama saya Pamela. Profesor Pamela Beatrice. Tapi kalian cukup memanggil saya Profesor Pamela. Saya akan membawa kalian ke Ball Room, tempat dimana upacara penerimaan murid baru diadakan. Jadi,persiapkan diri kalian dan ikuti saya,”
Dibukanya pintu lebar – lebar. Aula di belakang pintu luas sekali. Dindingnya yang terbuat dari dari batu diterangi dengan obor-obor yang menyala seperti di terowongan Go-Park. Langit – langitnya juga tinggi sekali sehingga aku tidak bisa melihatnya. Di depan ada sebuah tangga pualam megah yang menjulur menuju lantai atas.
Kami semua mengikuti Profesor Pamela dari belakang melintasi lantai batu kotak – kotak. Aku bisa mendengar dengungan ratusan suara dari arah pintu sebelah kanan. Murid – murid yang lain pasti sudah berada di sana. Tapi Profesor Pamela membawa kami ke sebuah kamar kecil kosong di luar aula. Itu membuatku semakin tegang dan lebih merapatkan diriku pada Radit.
“Berhenti di sini,”kata Profesor Pamela tiba – tiba. Raut wajahnya yang tadi tampak menyenangkan berubah menjadi sangat serius. Perasaanku jadi tidak karuan. Kugenggam erat –erat tangan Radit__berusaha menenangkan diri.
“Pesta awal tahun ajaran baru akan segera dimulai. Tapi sebelum kalian mengambil tempat duduk di Ball Room, kalian akan di seleksi terlebih dahulu untuk masuk ke rumah asrama. Seleksi ini adalah upacara yang sangat penting. Karena selama berada di sini, asrama akan menjadi keluarga bagi kalian di Hugo School.
Kalian akan belajar dalam satu kelas dengan teman – teman seasrama kalian, tidur di asrama kalian, dan melewatkan waktu luang di ruang rekreasi asrama kalian.
Ada tiga asrama di sini. Lucian, Victory, dan Zora. Masing – masing asrama punya sejarah luhur dan telah menghasilkan alumni – alumni terbaik. Selama di Hugo School, prestasi dan kemenangan akan menambah angka bagi asrama kalian, sementara pelanggaran dan peraturan akan membuat angka asrama kalian dikurangi.
Pada akhir tahun ajaran, asrama yang berhasil mengumpulkan angka paling banyak akan dianugerahi piala asrama. Itu suatu kehormatan besar. Kuharap kalian semua akan membawa kebanggaan bagi asrama manapun yang akan kalian tempati nanti.
Upacara seleksi akan berlangsung beberapa menit lagi di hadapan seluruh penghuni sekolah. Kusarankan kalian merapikan diri sebisa mungkin selama menunggu,”
Sejenak mata Profesor Pamela tertuju pada pakaian seorang murid berwajah bulat dengan rambut keritingnya__tampak kusut dan kancingnya naik setingkat. Wajah kumal si murid mata sipit. Rambut Radit yang sedikit berantakan. Dan begitu tatapannya berhenti padaku yang tengah mengapit lengan Radit dengan erat, langsung kulepaskan.
“Aku akan kembali lagi, begitu kami sudah siap menerima kalian,”lanjutnya lagi. “Tunggu di sini dan jangan membuat keributan,”
Profesor Pamela meninggalkan ruangan. Aku menelan ludah. Menerka apa yang akan terjadi di upacara penerimaan nanti.
“Kau baik – baik saja, Azura?” tanya Radit cukup mengagetkanku.
“Ya,”sepertinya dia memperhatikanku dari tadi. “Mungkin juga tidak…,”
“Apa yang kau khawatirkan?”
“Entahlah,”aku cuma bisa mengangkat bahu, pikiranku terus dibayang – bayangi dengan upacara penerimaan.
“Dengar,”Radit menggenggam tanganku,”Everything is will be fine,okey?”
Aku mengangguk.Yah, semoga saja.
“Apa kau tahu seperti apa seleksinya nanti?”seorang gadis aneh, dengan aksesoris kalung yang terbuat dari tutup botol di lehernya, kepangan rambut yang rapi ketat dan mukanya yang mungil__bertanya padaku,sedikit canggung.
“Err,itu…,”
“Aku rasa mungkin semacam tes,”seorang anak lain tiba – tiba mendekat dan memotong pembicaraan. Dandanannya sedikit aneh, kurasa. Kacamata bulat dengan lensa yang cukup tebal, pakaiannya kusut, salah satu ujung celana bawahnya terlipat, dan buku – buku di tangannya yang sama sekali tidak pernah kulihat. Seorang ‘kutu buku’ , mungkin. “Kata kakakku, prosesnya sedikit menyeramkan dan mendebarkan. Bahkan untuk bernafas saja rasanya susah sekali,”
“Apa?”wajah gadis aneh tampak pucat,”yang benar saja?”
“Kurasa itu cuma gurauan kakakku saja untuk memberi kesan takut pada murid baru seperti kita,”
“Benar begitu?”lagi – lagi seorang murid baru laki – laki dengan gaya yang sok keren, menyela pembicaraan kami. “perkenalkan namaku, Jacob,”menyodorkan tangannya.
“Aku Radit, dan ini Azura,”menyambut jabat tangan Jacob.
“Hai,”sapaku seadanya.
“Dan kau?”matanya tertuju pada si gadis aneh.
“Aku Nerissa, tapi kalian cukup panggil aku rissa saja,”
Allright, senang berkenalan dengan kalian,” katanya penuh semangat,”Hei, Alvis ! Aku mencarimu dari tadi. Dan sebaiknya kau rapikan dirimu atau Profesor Pamela akan memakanmu” dirangkulnya tubuh si kacamata yang bernama Alvis itu.
“Jacob, lepaskan,”Alvis terlihat tidak senang diperlakukan seperti itu. “Aku tahu itu,” lalu langsung merapikan dirinya.
Jacob terkekeh pelan. “oke, oke…,”ia melepas rangkulannya dan mengangkat kedua tangannya di udara. “Tapi apa yang diucapkan oleh kakakmu itu ada benarnya,”
“Apa maksudmu?”
“Yah, kita lihat saja nanti. Rasanya tidak seru kalau aku menceritakannya pada kalian,”lanjutnya lagi,lalu memasang wajah misterius yang membuatku jelas semakin penasaran. “Pasti menyenangkan,”
Menyenangkan? Tes ? Di depan seluruh penghuni sekolah? Oh, Tuhan , kenapa semuanya tiba – tiba mendadak menjadi menyeramkan begini? Kupandang berkeliling dengan cemas dan kulihat anak – anak yang lain juga sama takutnya denganku. Kecuali, Jacob. Dia sepertinya tipe orang yang sangat suka dengan tantangan.
Dibanding ketakutanku menghadapi ibuku yang sangat tidak menyukai Radit, ini jelas membuatku jauh lebih ketakutan. Ayolah, Azura! Kenapa kau jadi penakut begini? Dasar payah.
Tiba – tiba di kejauhan terdengar kegaduhan dari luar ruangan. Suara yang begitu ribut, riuh rendah. Dari arah pintu yang tidak tertutup itu, aku dan yang lain bisa melihat seorang cowok keren berjalan dengan angkuhnya__diikuti oleh segerombolan cewek – cewek yang berteriak histeris___memuja – muja mereka.
“Apa itu tadi?”tanyaku, merasa aneh.
“Gabriel Giles,”jawab Alvis, “Dia adalah cowok pujaan semua cewek – cewek di sekolah ini. Cowok terkeren dan terkaya. Ayah Gabriel adalah salah satu pemilik sekolah ini,”
“Cih, paling dia cuma anak berandalan pemalas yang kerjanya cuma bisa memanfaatkan dan menghambur – hamburkan kekayaan ayahnya,”komentar Jacob, sinis.
“Kau salah besar, Jake,”bantah Alvis,”Tiap kompetisi karya ilmiah dan ilmu sains, dia selalu keluar jadi juara. Dia juga pernah membawa tim basket sekolah ini ke kancah internasional,dan membawa pulang piala Olympic. Bahkan sekolah ini menyediakan ruangan khusus untuk menempatkan piala – piala yang ia bawa,”
Hah? Sesempurna itukah dia?
Kulihat wajah Jacob terperangah. Untuk sesaat wajah bloonnya membuatku ingin tertawa.
“Aku tidak percaya ada orang sesempurna itu,”komentar Radit, Nampak kagum.
“Benar – benar keren,”tambah Nerissa. Kurasa dia juga mulai ikutan nge-fans seperti cewek – cewek yang tadi.
“Perhatian anak – anak ,”terdengar suara tegas milik Profesor Pamela, ia telah kembali. “Upacara penerimaan murid tahun ajaran baru akan segera dimulai. Sekarang baris satu – satu , dan ikuti aku,”
“Lebih baik aku jalan di belakang, Azura,”bisik Radit tiba – tiba, “kalau ayah dan ibumu melihatku bersamamu, semuanya akan kacau,”
Radit benar. Tapi…
“Tenang saja, aku akan menjagamu dari belakang. Okey?”
Aku mengangguk lemah. Begitu Radit mengambil posisi paling belakang, kami pun kembali mengikuti Profesor Pamela dari belakang. Rasanya berat sekali ku langkahkan kakiku. Seperti berubah menjadi timah. Berat. Untungnya ada Nerissa di dekatku, jadi aku tidak terlalu gugup.
Kami berjalan meninggalkan ruangan. Kembali ke aula depan dan masuk melewati sepasang pintu besar nan megah ke Ball Room. Aku tak pernah membayangkan akan ada tempat seaneh dan sekeren ini. Tempatnya di terangi oleh ribuan obor api yang terpasang di tiap – tiap pilar gedung.
Di sisi kananku tampak sebuah kursi panjang berderet dan bertingkat. Totalnya ada lima tingkat. Para senior duduk di situ. Di depannya ada sebuah meja panjang yang di penuhi dengan lilin – lilin dan piala keemasan, serta papan kuno bertuliskan “ PANITIA MOS “ terpampang begitu jelas. Mereka mungkin adalah murid – murid terpilih untuk acara ini. Termasuk cowok yang tadi jadi bahan rebutan para cewek – cewek gila, Gabriel Giles.
Di sebelah kiriku, hampir sama dengan tempat duduk para senior. Hanya saja yang di sana adalah para orang tua murid. Kulihat dengan sangat jelas raut wajah ibu dan ayah yang sumringah bahagia sambil melambai – lambaikan tangannya padaku. Dan bersorak meneriakkan namaku.
“Mereka pasti orang tuamu,”kata Nerissa,
Ah, dia melihatnya. “Yah, kau benar,” ugh, apa – apaan sih itu? Memalukan sekali.
“Pasti menyenangkan memiliki orang tua yang penuh semangat seperti ayah dan ibumu,”
Hahaha,menyenangkan katanya? Andaikan saja dia tahu yang sebenarnya. Mereka adalah adalah orang tua tergila yang pernah aku punya.
Lalu di ujung Ball Room , di tempat yang lebih tinggi lagi, ada meja panjang lain, tempat para guru – guru duduk. Profesor Pamela membawa kami ke sana, lalu berhenti dalam satu barisan panjang.
“Murid – murid kelas satu, Master Cerberus,”
“Terima kasih Profesor. Aku yang ambil alih sekarang,”
“Baik,Master,”Profesor Pamela berlalu dari hadapan kami, mengambil tempat duduk di ujung sebelah kanan. Sementara pria tua berbadan gemuk, dengan jenggot putih menjuntai hingga ke dadanya,berpakaian klimis,serta kacamata bulat yang hampir sama dengan milik alvis___hanya sedikit lebih kuno___yang dipanggil Master Ceberus itu,naik ke atas mimbar.
“Selamat datang!”kata Master Ceberus. Ia tersenyum pada kami semua. Lengannya terbuka lebar – lebar, seakan tak ada yang lebih membuatnya senang daripada melihat kami. “Selamat datang para murid baru yang akan mengikuti tahun ajaran baru di Hugo School. Ini adalah hal yang paling membuat saya begitu bahagia. Wajah – wajah yang penuh semangat, penuh antusias dalam belajar, jiwa muda yang kritis,rasa penasaran yang tinggi___membuat saya seperti kembali ke tiga puluh tahun yang lalu. Energik dan menggebu – gebu.
Saya juga sangat berterima kasih kepada orang tua murid, karena telah memberikan kepercayaannya kepada kami untuk mendidik dan mengembangkan potensi anak – anak kalian. Kami berjanji tidak akan pernah mengecewakan kalian.
Selama tinggal disini, kalian akan memperoleh banyak sekali pengalaman yang belum pernah didapatkan di sekolah lain. Bertekadlah untuk memberikan banyak kontribusi pada sekolah ini, dalam arti kata membuat diri kalian menjadi orang yang berhasil.
Well, saya yakin bahwa Profesor Pamela telah memberikan sedikit bocoran tentang Hugo School. Jadi, saya tidak akan membuang waktu lebih lama lagi. Maka untuk itu, dengan resmi upacara penerimaan murid baru tahun ajaran dua ribu empat belas ,dan dua ribu lima belas___DIMULAI !”
Pidato pembukaan Master Ceberus disambut dengan tepuk tangan yang sangat meriah,dan siulan dari para senior. Master Ceberus turun dari mimbarnya, yang kemudian digantikan oleh seorang kakak kelas cewek___salah satu dari panitia MOS.
“Perhatian semuanya,”katanya,berusaha menenangkan kembali suasananya. “Perkenalkan nama saya Kira Mikayla. Saya adalah ketua panitia yang akan memimpin jalannya upacara penerimaan murid baru, atau mungkin yang sudah akrab di telinga kita adalah MOS___Masa Orientasi Siswa.
Dimasa orientasi ini, kalian akan dibina dan ditempa oleh kakak – kakak senior. Kalian akan diajarkan untuk menjadi pribadi yang mandiri, bertanggung jawab, dan memiliki etos kerjasama yang tinggi.
Saya tidak akan berbicara panjang lebar disini. Saya hanya ingin menjelaskan sedikit peraturan – peraturan utama di Hugo School sebelum kita masuk ke inti acara. Dan kuharap, kalian para murid kelas satu___tidak hanya mendengarkan, tapi harus dipatuhi.
Baiklah, peraturan yang pertama; Para murid Hugo School di larang berkeliaran ketika jam pelajaran berlangsung. Kedua; Di atas jam sepuluh malam, seluruh murid Hugo School sudah harus berada di asrama masing – masing. Ketiga; Dilarang keras memasuki,apalagi mendekati gudang bawah tanah tanpa seizin Master Ceberus,”
Gudang bawah tanah?
“Ada rumor mengatakan bahwa di gudang itu pernah terjadi pembantaian massal yang di lakukan oleh seorang murid Hugo School,”bisik Alvis, “Total korbannya ada lima puluh dua. Dan semenjak itu gudang itu ditutup. Tapi saat melakukan renovasi di beberapa bagian sekolah ini, gudang itu kembali dibuka. Hanya orang – orang tertentu saja yang bisa masuk ke sana,”
“Menyeramkan,” Nerissa bergidik ngeri.
“Paling itu cuma cerita akal – akalan mereka saja,”Jacob tak percaya.
“Hah,kau ini memang tidak pernah percaya dengan apapun,” sinis Alvis, sementara Jacob tampak cuek.
Pembantaian massal? Kenapa sekarang aku merasa kalau sekolah ini sedikit mengerikan ya? Kutolehkan kepalaku ke belakang, mencari sosok Radit. Hanya dia yang bisa menenangkanku.
“Itulah peraturan utama Hugo School yang harus kalian patuhi,” Kira masih berbicara. “Bagi murid yang melakukan pelanggaran, akan dikenai sanksi yang sangat berat. Dia akan dikucilkan, dan bahkan para dewan Hugo School tidak akan segan – segan untuk mengeluarkannya dari sekolah ini,”
Glek.
Ini sebenarnya sekolah atau penjara? Peraturan – peraturannya sangat menyiksa batin. Aku heran, kenapa mereka semua masih betah bersekolah di sini? Ku lihat wajah Nerissa semakin memucat. Lama – lama dia bisa kena serangan jantung karena saking takutnya.
Dan lihatlah mereka. Ayah dan Ibuku. Harusnya mereka menyesal telah memasukkanku di sekolah ini. Tapi yang ada malah mereka bersorak gembira. Huh,kayaknya ada yang korslet dengan otak mereka.
“Berani taruhan, kalau itu semua bohong,”kata Jacob,skeptis.
“Kau ini…,”Alvis selalu kesal dengan tingkah Jacob yang seenaknya, dan sedikit sombong.
Allright,guys,” Kira berseru penuh semangat. “It’s time to party!”
Oh,my God…